Selasa, 24 Mei 2016

Angkat Pandanganmu...


Assalamu’alaikum ukhti...
Engkau yang selalu Allah lindungi, yang selalu Allah temani dalam tiap langkahmu... Ukhti, tiada alasan untuk meragu pada kekuasaanNya... Ukhti, kau percaya, kan? Aku yakin, kau percaya setiap janjiNya dan takkan pernah Ia dusta akan janji-janjiNya...


Ukh, dibalik tundukmu sering tak ada yang menyadari apa yang kau rasakan, entah kau sedang menjaga pandanganmu atau sedang menggenggam kesedihan. Takkan ada yang menyadari tetesan air matamu yang jatuh, takkan ada yang menyadari bengkaknya kantung matamu. Ukh, kau yang mengajari aku untuk berbagi sekedar cerita lucu saat aku di perjalanan tadi, sekedar cerita lucu ketika aku tersandung saat berangkat tadi. Bahkan kau akan dengan senang hati apabila ada sahabatmu yang mempercayaimu untuk mendengarkan keluh kesah kesedihannya atau kebahagiannya. Betul bukan? Maka ukhtiku, sahabatku, bisakah kau percayakan aku untuk menjadi pendengar setia dari bibir yang selalu kau basahi dengan dzikir dan ayat suci itu?

Ukh, jangan biarkan kau jadi pendengar sementara kau pendam semua sakitmu. Setidaknya jika itu bukan aku, maka sahabat yang lain. Kau tahu, betapa bahagianya sahabatmu itu.


Ukh, pernahkah cahaya mentari menyorot ke wajahmu, menyilaukan pandangan, membuatmu sulit melihat kedepan takut salah melangkah? Pernahkah angin menahan kakimu melangkah, menyibakkan hijabmu, menerpa tubuhmu, bahkan mengarahkanmu ke arah lain? Pernahkan kabut pagi memelankan gerakmu, membuatmu waspada? Atau kau punya cerita lain, ukh?

Oh ukhti, kesulitan akan terus menyapamu, membuatmu risau, sedih, patah hati, sakit, frustasi, bahkan membuatmu memilih jalan lain. Oh ukhti, ingatkah kau sebelumnya kau juga punya masalah lain? Namun, semua terlewati, kan? Percayalah ukh, kita berjalan diatas eskalator waktu yang akan terus berjalan, masalah akan siap menyapamu di tiap-tiap langkahmu, namun toh akan terlewati juga, kan?

Maka, bersabarlah ukhtiku sayang, sebab kau sering mengajarkanku demikian.


Banyak sekali ya Ukh, yang tidak menyadari betapa pentingnya sebuah kejujuran. Apa yang kau rasakan apabila ada seseorang yang berbohong padamu?

Aku bersyukur ukh, kau sama-sama menjaga kejujuran. Sebab kejujuran adalah salah satu tiangnya keberkahan. Aku tahu betul betapa berjuangnya kamu hanya demi sebuah kejujuran, betapa banyak goresan luka yang kau dapatkan, betapa hatimu sering terenyuh perih, betapa sering kau gigit bibirmu menahan isak tangis, betapa sering kantung matamu bengkak, betapa sering telingamu lelah dari ucapan sekitarmu, betapa hati nuranimu serasa dicabik-cabik, betapa sering kau merasakan kecewa... Oh Ukhti, aku pun juga...

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.

Namun Ukhti, ingatkah kalimat yang kau ucapkan waktu itu? Proses takkan membohongi hasil...

Namun Ukhti, kau yang sering mengingatkan aku Allah takkan mengingkari janjiNya, bahwa Ia akan menolong hambaNya yang berada dijalanNya, yang menjalani apa-apa yang Ia perintahkan... Ia akan melindungi kita, menolong kita, hingga menaikkan level ketakwaan kita. Oh Ukhti, betapa senangnya aku mengenalmu yang selalu mengingatkan aku padaNya.

Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Allah takkan salah memberi ketetapan pada hambaNya, terutama pada kalian Ukh, hambaNya yang benar-benar taat.

Pada akhirnya niat yang tulus untuk beribadah padaNya akan Ia balas dengan pertolongan yang tiada duga.


Ukh, tetaplah jadi sahabat yang saling mengingatkan, menggandeng iman, dan bersama-sama menggenggam impian. Sebab aku, takkan bisa menghadapi ini semua tanpa Allah dan tanpamu sahabatku.

Wassalamu’alaikum..

Resensi The Perfect Muslimah

The Perfect Muslimah



Judul        : The Perfect Muslimah
Penulis       : Ahmad Rifa’i Rif’an
Penerbit     : PT Elex Media Komputindo
Tahun        : 2014
Divisi         : DANUS

The Perfect Muslimah, indah akhlaknya, teduh parasnya, brilian otaknya, mantap ilmu agamanya, luas pergaulannya, dahsyat prestasinya, hebat kontribusinya, auranya terjaga, pergaulannya terjaga, dan perilakunya terjaga.

Itulah sepenggal pandangan penulis menilai sosok the perfect muslimah, walaupun penulis sendiri menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, namun Allah senantiasa memerintahkan kita untuk beribadah dan menjadi pribadi yang selalu menyempurnakan diri. Penulis percaya bahwa kesempurnaan seseorang terletak pada ketidaksempurnaannya. Maka setiap ada rasa kagum terhadap seseorang, selalu sisakan ruang dalam jiwa untuk menerima kekurangannya. Paling tidak sebagai obat jika kelak ada rasa kecewa.

Buku ini terbagi menjadi enam bagian yang berisi ragam kisah yang sangat menginspirasi. Berikut beberapa kata-kata yang dapat memotivasi kita.

Ilmu itu mengangkat derajat orang yang mempelajari. Memudahkan orang yang mengamalkan. Makin bertambah jika dibagikan dan akan abadi jika dituliskan. Ilmu itu, mencahayai gelapnya peradaban, membalik nasib menuju keberkahan, dan memantik hadrirnya kebahagiaan.

Ilmu itu, makin dalam dipelajari, makin terasa bodohlah orang yang mempelajari. Jika kau sok pintar, curigalah, mungkin ilmumu masih dangkal. Jika kau merasa benar sendiri, curigalah, mungkin kau masih sedikit menggunakan akal.


Saudariku, bermimpilah yang hebat, jangan mau mimpi yang biasa-biasa saja. Karena Kuasa Tuhan kita luar biasa. Jangan punya mimpi yang rendah, karena itu berarti keyakinan kita pada kuasa Tuhan juga rendah.


Jika terpaksa kita membenci sebuah kata, saran saya, bencilah kata “rata-rata”. Jadi orang yang rezekinya rata-rata, prestasinya rata-rata, nilainya rata-rata, kontribusinya rata-rata, idenya rata-rata, jabatannya rata-rata, kerjanya rata-rata, gajinya rata-rata, amalnya rata-rata, perjuangannya rata-rata.

Padahal karunia Allah pada manusia adalah sesempurna-sempurnanya. Harusnya prestasinya juga melejit, rezekinya melangit, kala gagal segera bangkit. Sekali hidup harusnya rezekinya hebat, prestasinya mantap, kontribusinya dahsyat.


Umpama saya cewek, saya akan milih pria yang,
-          Hebat ilmu agamanya
-          Indah perilakunya
-          Anggun petuturnya
-          Besar pengaruhnya
-          Banyak sahabatnya
-          Kreatif pemikirannya
-          Menarik parasnya
-          Sehat raganya
-          Kuat jiwanya
-          Baik finansialnya
Dan biasanya, cowok dengan kriteria sehebat itu akan memilih wanita yang sebanding. Maka fatimahkanlah dirimu, agar Allah meng-Ali-kan jodohmu. Khadijah-kan dirimu, agar Allah me-Muhammad-kan kekasihmu.


Kemarin aku begitu cerdas, maka aku ingin mengubah duia. Kini aku menjadi bijak, maka aku pun mengubah diriku sendiri. (Jalaluddin Rumi)


Kalau wanita berakhlak baik dan berpikir positif, maka ia adalah angka 1. Kalau ia juga cantik maka imbuhkan 0, jadi 10. Kalau ia juga punya harta, imbuhkan lagi 0, jadi 100. Kalau ia cerdas, imbuhkan lagi 0, jadi 1000. Jika seorang wanita memiliki semuanya tapi tidak memiliki yang pertama maka ia hanya 000. Tak bernilai sama sekali. (Al-Khawarizmi)