MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KONSEP DIRI
27 April 2015
Disusun Oleh :
SHAHIFA WAHYI F. 11140163000015
FITRIA NIBRAS 11140163000016
MAYURIKO OLIVIA P. 11140163000019
NABILA 11140163000021
FISIKA 2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBARAN PERNYATAAN
Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah
yang ditulis sebagai tugas
dari mata kuliah Bahasa Indonesia
merupakan hasil pembuatankami
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam
penulisan makalah yang kami kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengannorma,
kaidah dan etika penulisan makalah.
Apabila dikemudian
hari ditemukan seluruh atau sebagian makalah ini bukan hasil pembuatan kami
atau ditemukan adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, kami bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku.
Ciputat,
27 April 2015
Pemakalah
|
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang
telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul "KONSEP DIRI DAN EMOSI".
Penulis menyadari, bahwa makalah ini dapat
diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dan
dukungan dalam penulisan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan makalah ini.
Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan dan dapat disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah
ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap peserta didik ingin meraih keberhasilan
dan kesuksesan dimasa yang akan datang setelah mereka tamat dari bangku
sekolah. Untuk meraih keberhasilan itu maka dibutuhkan konsep diri yang baik,
sebab tanpa adanya tujuan dan pembentukan konsep diri yang tepat maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam memilih bakat dan minat yang ada sesuai dengan
kemampuannya.
Masalah-masalah rumit yang dialami oleh peserta didik,
seringkali dan bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa
sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri.
Dengan kemampuan berpikir dan menilai, peserta didik suka
menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain
dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif. Dari situlah muncul
problem seperti inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri
sendiri.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
membatasi masalah yaitu dengan membahas:
1.
Pengertian
konsep diri.
2.
Pembagian
konsep diri.
3.
Mengembangkan
perkembangan konsep diri.
4.
Pengaruh
konsep diri terhadap prestasi.
C.
Rumusan Masalah
Dari penulisan latar belakang makalah ini, penulis ingin mengetahui
beberapa permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2.
Apa
saja pembagian konsep diri?
3.
Apa
saja upaya mengembangkan perkembangan konsep diri?
4.
Bagaimanakah
pengaruh konsep diri terhadap presatasi?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
2. Untuk mengetahui pembagian konsep diri.
3. Untuk mengetahui upaya mengembangkan
perkembanagan konsep diri.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam
mengumpulkan data yaitu denagn mengunakan metode kepustakaan. Dimana
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengkaji dan menelaah data dari buku dan
internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep diri
1. Pengertian Konsep diri
Menurut Baron dan Byrne mengatakan konsep diri
merupakan sekumpulan fungsi yang kompleks yang berbeda yang dipegang oleh
seseorang tentang dirinya[1].
Menurut William D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, sosial, dan fisis[2].
Menurut Sulaeman, konsep diri adalah kesluruhan ide-ide dan sikap-sikap
seseorang sebagai apa dan siapa dia[3].
Suryabrata menyatakan konsep diri mempunyai empat aspek, yaitu bagaimana orang
mengamati dirinya sendiri, bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri,
bagaimana orang menilai dirinya sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai
cara untuk menyampaikan dan mempertahankan diri[4].
Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran mental
individu yang terdiri dari pengetahuannya
tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian
terhadap diri sendiri[5].
Konsep diri di dalam Islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 16
yang artinya :
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual terhadap masyarakat, lingkungan
maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart
dan Sudeen ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat ) dan Self Perception (persepsi diri sendiri)[6].
a.
Teori
Perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal
dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki
batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan
eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama
panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area
tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri
dengan merealisasi potensi yang nyata.
b.
Significant Other (Orang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
c.
Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi
individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep
diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat
dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen
penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan rentang-rentang respon
konsep diri, yaitu
d.
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri
adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
e. Konsep
Diri Positif
Konsep diri
positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
f. Harga
Diri Rendah
Harga diri
rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan respon konsep
diri maladaptif.
g. Kerancuan
Identitas
Kekacauan
identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas
masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
h. Depersonalisasi
Depersonalisasi
adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
B. Pembagian Konsep Diri
Untuk Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1991), yang terdiri dari[7] :
1.
Pola Gambaran
Diri (Body Image)
Gambaran
diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart
and Sundeen, 1991)[8].
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992)[9].
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil,
konsisten dan realistis terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan
yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Menurut
Potter dan Perry (2005), Body
image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan
keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam,
hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan
perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi[10].
2.
Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu
tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan
sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak
dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung
jawab[11].
Menurut Anna Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri,
yaitu[12]
:
a.
Kecenderungan
individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b.
Faktor
budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c.
Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan
berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari
kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d.
Kebutuhan yang realistis.
e.
Keinginan untuk menghidari kegagalan.
f.
Perasaan cemas dan rendah diri.
Ideal
diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi
pendorong dan masih dapat dicapai.
3.
Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya
positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya
individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan,
pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya[13].
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat
mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam
kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri rendah terkait dengan
hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi, dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri.
4.
Identitas
Identitas
adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Mempunyai
konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan
tapi merupakan tugas utama pada masa remaja[14]. Pada masa anak- anak ,
untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu membawa semua perilaku yang
di pelajari kedalam keutuhan yang koheren , konsisten dan unik. Rasa identitas
ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Pada
masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan social.
Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi harapan dorongan diri pribadi
dan social yang membantu mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat
mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan
merasa terintegrasi bukan terbelah.
5.
Peran
(Role Performance)
Peran
adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu[15].
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di
masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan[16].
C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Menurut
Calhoun dan Acocela (1990),[17] dalam perkembangannya
konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif.
1.
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif kepada penerimaan
diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri
positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya.
Individu
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang
dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima keberadaan orang lain.
Individu
yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat
dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup
adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri
positif adalah individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dirinya menerima
segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih
positif dan mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.
Seseorang yang memiliki
konsep diri positif memiliki karakterikstik seperti berikut:
a.
Merasa
sanggup menyelesaikan masalah yang terjadi. Pemahaman diri terhadap kemampuan
subyektif dalam menyelesaikan masalah-masalah obyektif yang dihadapi.
b.
Merasa
sepadan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki
pemikiran bahwa saat dilahirkan manusia tidak membawa kekayaan dan pengetahuan.
Kekayakan dan pengetahuan bisa dimiliki dari bekerja dan proses belajar selama
hidup. Hal inilah yang mendasari sikap seseorang yang tidak merasa kurang
ataupun lebih dari orang lain.
c.
Tidak
malu saat dipuji. Konsep diri positif membangun pribadi yang memiliki pemahaman
bahwa pujian atau penghargaan layak diterima seseorang berdasarkan hasil yang
telah dicapainya.
d.
Merasa
mampu memperbaiki diri. Dengan memiliki konsep diri positif seseorang akan
merasa mampu untuk memperbaiki sikap yang dirasa kurang.
2.
Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocela membagi konsep
diri negatif menjadi dua tipe, yaitu : Pandangan individu tentang dirinya
sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan
keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kelebihan
dan kelemahannya atau cara hidup yang tepat. Singkatnya, individu yang memiliki
konsep diri negatif terdiri dari 2 tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak
tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan
tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan
stabil. Seseorang dengan konsep diri negatif akan menunjukkan karakteristik
seperti berikut ini:
a.
Sensitif terhadap kritik. Pemilik konsep
diri negatif biasanya kurang bisa menerima kritik dari orang lain sebagai upaya
refleksi diri.
b.
Senang dengan pujian. Sikap berlebihan
terhadap tindakan yang dilakukan sehingga merasa perlu mendapat penghargaan
terhadap segala tindakannya.
c.
Merasa tidak disukai orang lain. Selalu
muncul anggapan bahwa orang lain disekitarnya akan memandang negatif terhadap
dirinya.
d.
Suka mengkritik orang lain. Meski tidak
suka dikritik namun pribadi ini senang sekali menghujani kritikan negatif
kepada orang lain.
e.
Bermasalah dengan lingkungan sosialnya.
Pribadi yang memiliki konsep diri negatif merasa kurang mampu berinteraksi
dengan orang lain.
D. Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri
Konsep
diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan dan pengalaman orang tua turut
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap
konsep diri yang terbentuk. Sikap orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk tumbuh menilai siapa
dirinya. Lingkungan yang kurang mendukung
akan membentuk konsep diri yang negatif.
Jika lingkungan dan orang tua mendukung dan memberikan sifat baik akan membentuk konsep diri
siswa yang positif.
Menurut
Charles Horton Cooley konsep
diri dapat dimunculkan dengan melakukan
pembayangan
diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diri-cermin)
seakan-akan kita menaruh cermin dihadapan
kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak pada orang
lain, kita melihat sekilas diri kita
seperti
dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik atau tidak menarik. Proses kedua, kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai
penampilan
kita. Apakah orang lain menjadi kita menarik, cerdas atau tidak menarik. Proses ketiga, kita
kemudian mengalami perasaan bangga
atau
kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jika penilaian kita
terhadap diri sendiri positif, dan orang lain pun
menilai kita positif, maka kita kemudian mengembangkan konsep diri yang positif. Begitu sebaliknya,
penilaian orang lain terhadap diri kita
negatif,
dan kita pun menilai diri kita negatif, maka kemudian kita mengembangkan konsep diri yang
negatif.
Menurut
Verderber, upaya mengembangkan perkembangan konsip diri
indovidu dapat dilakukan dengan cara:
a.
Self-appraisal
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan
yang menjadikan diri sendiri sebagai
objek dalam komunikasi atau dengan kata lain adanya kesan kita terhadap diri kita sendiri.
b.
Reaction and Response of Others
Konsep diri itu tidak saja berkembang
melalui pandangan kita terhadap
diri
sendiri, namun berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Dengan demikian apa
yang ada pada diri kita dievaluasi
oleh
orang lain melalui interaksi kita dengan orang tersebut, dan pada gilirannya evaluasi masing-masing individu
mempengaruhi perkembangan
konsep diri kita.
c.
Roles You Play-Role Taking
Peran memiliki pengaruh terhadap konsep
diri, adanya aspek peran yang
kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri individu. Peran yang individu
mainkan itu adalah hasil dari sistem nilai
individu.
Individu dapat memotret diri sebagai individu yang bermain sesuai persepsi yang didasarkan
pada pengalaman diri sendiri, yang di
dalamnya
terdapat unsur selektivitas dari keinginan individu untuk memainkan peran.
d.
Reference Groups
Konsep diri individu juga terbentuk dari
adanya kelompok yang bercirikan
individu itu terkumpul dalam suatu kelompok atau komunitas
yang diiinginkan. Setiap kelompok tersebut mempunyai ikatan enosional yang pada akhirnya
dapat berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri individu. Dalam kelompok tersebut individu akan mengarahkan perilakunya dan
menyesuaikan dirinya sesuai dengan
ciri-ciri dan karakteristik kelompoknya itu. Artinya jika kelompok ini kita
anggap penting dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini
akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri. Jadi cara kita menilai diri
kita merupakan bagian dari fungsi
kita dievaluasi oleh kelompok rujukan.
e.
Berpikir
positif
Segala sesuatu tergantung pada cara kita
memandang segala sesuatu baik
terhadap persoalan maupun terhadap seseorang, artinya kendalikan pikiran jika pikiran itu
mulai menyesatkan jiwa dan raga.
f.
Jangan memusuhi diri sendiri
Sikap menyalahkan diri sendiri yang
berlebihan merupakan pertanda bahwa
ada permusuhan dengan kenyataan diri akan menimbulkan konsep diri yang negatif.
E. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi
1.
Pengertian Prestasi
Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Webster’s New International
Dictionary mengungkapkan bahwa prestasi adalah : “Achievement test a
standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more
lines of work a sudy”.[18] Prestasi
adalah tes standar untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang dalam satu
atau lebih garis-garis pekerjaan atau belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu.
Sumber
penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan
dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).
Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran
kecakapan yang dicapai. Siswa harus
memiliki prestasi belajar yang baik demi terciptanya manusia yang berkualitas
dan berprestasi tinggi. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang
telah dicapai siswa setelah melakukan proses belajar selama waktu yang
ditentukan. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
2.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
dikhusukan ke konsep diri, adalah adanya konsep diri yang tinggi. Konsep diri yang tinggi akan memudahkan siswa belajar secara teratur
dan terarah. Sedangkan konsep diri rendah akan menjadikan seseorang memiliki perasaan tidak mampu memahami diri sendiri, rendah diri, sehingga siswa
tersebut menjadi minder bergaul dan mengurangi interaksi di
sekolah. Selain itu konsep diri yang tinggi menjadikan seeorang menjadi percaya
diri atas apa yang dimilikinya sehingga menjadikan seseorang agar selalu
berpikir positif terhadap dirinya sendiri.
3. Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi
Belajar
Konsep diri menjadikan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu
sehingga konsep diri sangat dibutuhkan dalam membentuk kepribadian seseorang. Prestasi
belajar dapat ditentukan oleh berbagai aspek salah satunya adalah konsep diri.
Ketika seorang individu mempunyai konsep diri yang baik sehingga dapat
melahirkan suatu pola berpikir yang positif, maka hal itu akan memudahkan
seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang terarah. Hubungan konsep diri dengan
prestasi diantaranya:
a.
Meningkatkan Motivasi
Motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang (internal) maupun dari luar
diri seseorang (eksternal) dapat mempengaruhi konsep diri yang akan dibentuk
dan dibangun sehingga hal itu menjadi salah satu pemicu pembentukan
kepribadian. Jika seseorang mempunyai konsep diri yang positif, maka hal itu
dapat meningkatakan motivasi seseorang dan mendorongnya untuk melakukan suatu dalam
meningkatkan prestasi belajar.
b.
Meningkatkan rasa percaya diri
Ketika seseorang sudah memiliki konsep diri yang positif, maka akan
melahirkan rasa percaya diri di dalam diriya. Sehingga memudahkan seseorang
untuk berinteraksi dan melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat menunjang
prestasi belajar seseorang.
c.
Menjadikan seseorang memahami dirinya, baik kelebihan dan kekurangannya
Konsep diri yang positif menjadikan seseorang lebih memahami siapa dirinya,
kemampuannya dan kekurangannya. Jika seseorang telah mengetahui kelebihan dan
kekuranagnnya, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu seperti hal nya prestasi belajar.
d.
Menjadikan seseorang untuk berpikir positif
Pikiran positif yang ada pada diri seseorang berasal dari pengkonsepan
seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu terbentuk dari faktor internal
maupun eksternal. Ketika seseorang dapat berpikir positif mengenai berbagai hal
termasuk mengenal diri sendiri maka itu akan memudahkannya untuk mencapai
prestasi belajar yang baik.
e.
Memudahkan seseorang dalam belajar
Konsep diri yang positif akan melahirkan berbagai hal yang positif seperti
berpikir positif, motivasi, pemahaman terhadap diri sendiri, meningkatkan rasa
percaya diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya pengkonsepan diri yang
positif, maka akan memudahkan seseorang dalam mencapai tujuannya. Memudahkan
seseorang dalam proes belajar, sehingga dapat menunjang prestasi belajar yang
baik.
BAB III
PENUTUP
Konsep
diri adalah cara pandang menyeluruh tentang dirinya
yang merupakan penilaian tentang diri, bagaimana individu memandang
dan menilai diri dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan
mempengaruhi tindakan dan pandangan yang berdasarkan pada penilaian
tentang diri siswa baik kondisi fisik maupun lingkungan terdekatnya. Konsep diri merupakan gambaran seorang
individu tentang dirinya secara fisk, sosial, dan psikologis yang diperoleh
melalui interaksi dengan orang lain.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
ia melakukan perubahan belajar. Prestasi belajar seseorang juga ditentukan oleh
konsep diri yang bentuk oleh diri seseorang. Sehingga, konsep diri yang positif
akan menumbuhkan prestasi belajar yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad, Muhammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Panuju, Panut, Ida Umami. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Setyoningtyas, Emila. (2009). Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Yuliarti, Nurheti. (2008). Menjadi
Penulis Profesional Kiat Jitu Menembus Media Massa dan Penerbitan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Yustimah,
Ahmad Iskak. (2010). BAHASA INDONESIA TATARAN MADIA untuk SMK
dan MAK Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
Wiranto, Asul. (2010). PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA untuk SMA & MA KELAS X. Jakarta: Grasindo.
[3] Rina
Oktaviana, Hubungan Antara Penerimaan Diri terhadap Cara-Cara
Perkembangan Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta
hal. 3-4.
[5] Lita H
Wulandari & Pasti Rola, Konsep Diri
dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan
Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2 hal. 81-82.
[17] Lita
H Wulandari & Pasti Rola, 2004, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja
Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas Volume 3, Nomor 2,
hal. 83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar