Selasa, 02 Juni 2015

Emosi


Nama                   : Mayuriko Olivia Pertiwi
NIM                      : 11140163000019
Kelas                     : Fisika 2 A
Mata Kuliah         : Psikologi Pendidikan
Alamat Blog         : mayurikooliviapertiwi.blogspot.com
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA





EMOSI
[Gambar 1] https://www.fotolia.com/id/66293849


A.Pengertian Emosi

[Gambar 2] http://depositphotos.com/3507476/stock-illustration-emotions-word-collage-on-white.html


Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
1.      Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2.      Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,  putus asa
3.      Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
4.      Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
5.      Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan
6.      Terkejut : terkesiap, terkejut
7.      Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8.      malu : malu hati, kesal

B. Macam-Macam Emosi

[Gambar 3] http://www.scienceofpeople.com/2014/04/15-new-emotions-discovered/


Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: (1) emosi sensoris dan (2) emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : (1) perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious)

C.  Ciri-ciri Emosi

Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:
1.  Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif
2.  Emosi diekspresikan dalam perilaku
3.  Emosi sebagai motif
4.  Adanya perubahan aspek jasmaniah

Syamsu Yusuf (2003) memberikan  gambaran tentang keadaan emosi seorang individu dikaitkan dengan perubahan jasmaniah, sebagaimana tampak tabel di bawah ini:
Terpesona
Reaksi elektris pada kulit
Marah
Peredaran darah bertambah cepat
Terkejut
Denyut jantung bertambah cepat
Kecewa
Bernafas panjang
Sakit marah
Pupil mata membesar
Cemas
Air liur mengering
Takut
Berdiri bulu roma
Tegang
Terganggu pencernaan, otot tegang dan bergetar.
D.     Perkembangan Emosi

Sejalan dengan usianya, emosi seorang individu pun akan terus mengalami perkembangan. Dengan mengutip pendapat Bridges, Loree (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak, sebagai berikut
Usia
Ciri-Ciri
Pada saat dilahirkan
Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi, cahaya, temperatur)
0 – 3 bln
Kesenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan dari emosi orang tuanya
3 – 6 bln
Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan
9 – 12 bln
Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang
18 bulan pertama
Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang
2 th
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan
5 th
Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih sayang


E.   Upaya  Memelihara Emosi

Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan individu, akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), di bawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif.
1.    Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan.
2.    Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
3.    Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga.

F.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi

Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:
1.        Pola asuh orangtua.
2.        Pengalaman traumatik
3.        Temperamen
4.        Jenis kelamin
5.        Usia perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya.
6.        Perubahan jasmani.
7.        Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
8.        Perubahan Pandangan Luar.
9.        Perubahan interaksi dengan sekolah.

G. Mengembangkan Perkembangan Moral, Nilai, dan Sikap

Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna, pengaruh, dan konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga perilaku remaja.
1.      Nilai
2.      Moral
3.      Sikap

Tahap – Tahap Perkembangan Moral Kholberg

Ketika orang mempertimbangkan dilema moral, penalaran mereka sendirilah yang berperan penting, bukan keputusan akhir mereka, menurut Lawrence Kohlberg. Dia mempunyai teori bahwa orang melewati tiga tingkat ketika mereka mengembangkan kemampuan penalaran moral.

I. Tingkat Prakonvensi
II.     Tingkat Konvensi
III.     Pasca-Konvensi

Aturan dirumuskan orang lain.

Tahap 1 : Orientasi Hukum dan Ketaatan. Konsekuensi fisik tindakan menentukan kebaikan dan keburukannya.

Tahap 2 : Orientasi Relativis Instrumental. Apa yang benar adalah apa saja yang memuaskan kebutuhan diri sendiri dan kadang – kadang kebutuhan orang lain. Unsur – unsur keadilan dan ketimbalbalikan ada, tetapi kebanyakan ditafsirkan dalam bentuk “ Anda menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggung anda.”
Individu menganut aturan dan kadang – kadang akan menomorduakan kebutuhan sendiri dibandingkan kebutuhan kelompok. Harapan keluarga, kelompok atau bangsa dipandang bernilai bagi dirinya, tanpa peduli pada konsekuensinya yang langsung dan tampak jelas.

Tahap 3 : Orientasi “ Anak Baik .“
Perilaku yang baik adalah apa saja yang menyenangkan atau membantu orang lain dan disetujui oleh mereka. Seseorang memeroleh persetujuan dengan bersikap “ manis.”

Tahap 4 : Orientasi “ Hukuman dan Keteraturan.”

Benar berarti melakukan kewajiban seseorang, dengan memperlihatkan sikap hormat kepada orang yang berwenang dan mempertahankan tatanan sosial tertentu bagi dirinya.
Orang mendefinisikan nilai – nilainya sendiri berdasar prinsip etika yang telah mereka pilih untuk diikuti

Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial.
Apa yang benar ditentukan berdasar hak – hak individu umum dan berdasar standar yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Berbeda dari Tahap 4, undang – undang tidak “beku” – UU tersebut dapat diubah demi kebalikan masyarakat.

Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal. Apa yang benar ditentukan oleh keputusan suara hati menurut prinsip etika yang dipilih pribadi. Prinsip ini adalah abstrak dan etis (seperti Kaidah Emas), bukan ketentuan moral spesifik.



Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ini sesungguhnya banyak sekali yang terpenting antara lain:
1.      Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat.
2.      Keadaan masyarakat yang kurang stabil.
3.      Banyaknya tulisan dan gambar yang tidak mengindahkan dasar moral.
4.      Tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik.
5.      Kurangnya kasadaran orang tua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini
6.      Banyaknya orang melalaikan budi pekerti
7.      Suasana rumah tangga yang kurang baik
8.      Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang
9.      Kurangnya tempat layanan bimbingan


Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja adalah:
1.      Menciptakan komunikasi
2.      Menciptakan iklim lingkungan yang serasi



DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis). Jakarta : Kanisius
Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono).2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork : McGraw-Hill Book Company.
Jufri, A. Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram: Arga Puji Press.
Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan edisi kedua.  Jakarta : Kencana.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar