Selasa, 19 Januari 2016

Dandelion (1)




Hai...
Bagaimana kabarmu di sana? Apakah kamu sehat? Bagaimana perasaanmu saat ini? Aku ingin kau baik-baik saja dan selalu bahagia sampai suatu saat nanti kita bertemu...


Mataku menerawang diantara cahaya yang menyelinap masuk kamarku. Beberapa saat mataku terkunci pada langit-langit dan meraba apa yang sedang aku rasakan. Aku... tak menyangka, kian dekat dengan kehidupan sesungguhnya. Padahal tawa lepas dan kelakuan konyol masih saja jadi kelakuanku sehari-hari bak anak remaja. Aku hampir sudah bukan remaja, tapi batinku belum rela disebut dewasa. Aku... masih rindu melakukan kekonyolan bersama kawan-kawanku.

  
Kamu...
Aku memang masih kekanak-kanakan, tapi kamu sering melintas di pikiranku. Seperti saat ini, aku ingin tahu kabarmu. Jaga baik-baik dirimu, aku harap ibadah tak luput dari kesibukanmu, walau aku tahu aku sendiri masih sering lalai.

Kamu... bisakah kita berjanji melalui telepati?
Mungkin dewasa sedang tumbuh dalam jiwaku, aku terus menerus memikirkanmu berharap kamu adalah sosok yang aku idamkan. Mungkin aku memang egois, tapi semoga hanya untuk saat ini saja. Lalu, izinkan aku menunggumu sembari terus mengayuh hati memperbaiki diri dan menjadi sosok yang selama ini kau impikan, agar kelak tak ada sesal dari lisanmu atau bahkan setitik dalam benakmu.

Kamu...
Maaf, aku... hhhh... aku sempat terperosok namun aku biarkan diriku terus tergelincir jatuh. Aku... sempat menjadi sosok yang mungkin tak kau inginkan. Aku... aku sempat lupa. Maafkan aku... aku telah menyesalinya dan tolong jangan kecewa terlebih dahulu, aku ingin kamu menungguku dan menyambut uluran tanganku yang ingin kembali pulang. Dan mungkin, maafkan aku jika suatu saat kita bertemu, aku akan berpura-pura aku baik-baik saja, karena aku terlalu takut kamu kecewa.



Kamu...
Siapapun kamu, bisakah kita berjanji melalui telepati. Saling menjaga dan memperbaiki diri sampai suatu hari nanti aku menggenggam erat tanganmu bersandar manja meminta perlindungan darimu lalu kamu tersenyum mencium lembut keningku dan memelukku. Aku tahu, aku sempat menjadi apa yang tidak kamu inginkan, tapi bisakah kamu tetap di situ karena aku benar-benar sedang memperbaiki diri.

Kamu...
Aku merasa kamu juga sedang meraba suasana hatimu. Sesekali, aku merasakan kamu sedang memikirkanku meski kita sama-sama tak tahu.

Kamu...
Bisakah kita bertemu dengan sejuta kisah, berbagi, menyemangati, dan saling memegang erat untuk tetap berdiri?

Dear kamu yang belum aku ketahui, biarkan aku terus menulis rintik-rintik rasa yang aku raba perlahan. Sebab aku bukan penyair, aku hanya seorang perempuan yang sedang memperbaiki diri sambil menunggumu pulang...


Baik-baik ya disana,...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar